JAKARTA - Jim Geovedi, yang dikenal sebagai konsultan
sekuriti sekaligus anggota dari HERT, mempresentasikan beberapa profesi
pekerjaan yang bisa dikategorikannya sebagai seorang yang mengerti
teknik hacking atau hacker.
Jim menuturkan, ada beberapa profesi
yang bisa dikelompokkan sebagai hacker. Profesi hacker tersebut kemudian
dibaginya ke dalam dua kategori.
"Pertama corporate hacker,
meliputi programmer, administrator, operator, security officer, IT
auditor, konsultan TI, dan hacker. Kedua adalah independent hacker,
termasuk operating system/software hacker, intrusion specialist,
vulnerability researcher, botnet owner, rootkit/trojan/virus writer, dan
spammer," kata dia di sela-sela presentasinya dalam seminar Hacker's
Day di Jakarta, Kamis (12/6/2008).
Menurut Jim, kebanyakan hacker
berprofesi sebagai programmer pada siang hari. "Mereka yang lebih
mengerti bahasa pemrograman, sudah pasti mereka bisa hacking," katanya
sambil mengurai contoh programmer yang bekerja di Microsoft, Sun
Microsystems, dan sejenisnya.
Lanjutnya, dia memaparkan
administrator karena profesi ini, menurut Jim, paling mengerti tentang
special equipment untuk infrastruktur seperti Firewall sebuah jaringan
suatu perusahaan.
Selain itu, terdapat security officer yang
bekerja sebagai penulis kebijakan policy dan prosedur untuk perusahaan
dan mempunyai otoritas untuk menentukan akses dan keamanan dalam
perusahaan. "Tentu mereka harus mengerti tentang keamanan dan pengamanan
dari ancaman hacking," Jim menuturkan.
Adapun hacker dijadikan
profesi oleh sebuah perusahaan, namun menurut Jim hal itu jarang
terjadi. "Kerja mereka biasanya ngecek keamanan sistem jaringan atau
source code. Ada juga yang diadain buat gaya-gayaan doang," ucap Jim.
Independent
hacker dibedakan karena tidak berada di bawah badan atau afiliasi
tertentu dan bekerja sebagai hacker untuk kepentingan diri sendiri.
Salah satunya adalah operating system atau software hacker.
"Kerja
mereka mendevelop software dan sistem operasi. Mereka bisa bekerja di
mana saja, dan bayaran mereka 2-3 kali lipat pendapatan pekerja TI
korporasi," papar dia.
Di samping itu, intrusion specialist,
vulnerability researcher, botnet owner, toolkit/trojan/virus writer dan
spammer juga dikategorikan Jim sebagai independent hacker.
"Intrusion
specialist menjadi salah satu yang paling digemari. Kerjanya ngebobol
sistem atau jaringan orang. Biasanya mereka dicari-cari perusahaan untuk
membobol jaringan kompetitornya," ujar Jim.
"Kalau vulnerability
researcher, kerjanya mencari kelemahan-kelemahan dari sebuah sistem
atau jaringan dan mencari keuntungan dari situ. Berbeda dengan botnet
owner, yang menguasai kontrol atas puluhan ribu host. Biasanya host-host
ini disewakan untuk DDoS," lanjut dia.
Sementara itu, Jim juga
sempat mengatakan bahwa di Indonesia, hacker masih dikenal dengan sosok
dengan image jahat padahal hacker sendiri mengawali aktivitas hackingnya
atas dasar coba-coba.
"Aparat hukum malah menanggapi hal ini
sebagai masalah serius. Ini tidak berimbang, tapi ini yang terjadi di
Indonesia," pungkas Jim.